23/04/13

Rokok, Zakat, Spiritual Bisnis dan Kisah Nyata

Di Indonesia peminat kebiasaan merokok saat ini mencapai kurang lebih hingga 60 juta orang (36% dari jumlah penduduk yang ada). Sementara 43 juta anak dan remaja siap-siap menjadi perokok pemula, apalagi dengan gaya hidup yang ada sekarang ini dimana anak-anak dibiasakan makan makanan “junk food” atau restoran siap saji dari Barat maka pertumbuhan hormon mereka lebih cepat sehingga di usia SD sudah mencapai akil baligh. Ini membuat mereka mulai coba-coba mengisap rokok.
Tahukah Anda berapa banyak biaya promosi yang di keluarkan oleh perusahaan-perusahaan rokok agar orang mau merokok atau menjadikan kebiasaan merokok menjadi gaya hidup masyarakat? Mencapai Rp.5 Trilliyun pertahun, Angka yang luar biasa. Biaya ini tidak hanya untuk iklan di TV, Koran, radio, makalah, billboard dan internet tapi juga menjadi sponsor-sponsor acara seperti olahraga, music dan event lainnya. Aneh yak ok olah raga yang tujuannya membuat orang sehat tapi sponsor utamanya malah perusahaan rokok yang membuat orang tidak sehat? Habis uang mereka banyak sih, Dari mana mereka dapat uang banyak? Ya dari para pembeli rokok .

Kalau saja seorang perokok menghabiskan Rp.10.000 /hari untuk merokok, maka dalam setahun (365 hari) uang yang mereka habiskan untuk membeli rokok mencapai Rp. 3.650.000,-. Kalau ada 60 juta perokok maka uang yang dibelanjakan oleh mereka untuk membeli rokok mencapai
Rp.219.000.000.000.000,-(Rp.220 Trilliyun).
Ironisnya dari 60 juta perokok itu 90%nya adalah rakyat miskin, sehingga sebuah harian nasional pernah menulis , pengusaha rokok menjadi kaya dari penderitaan orang miskin. Pengusaha rokok harta kekayaannya rmencapai trililyunan rupiah sementara jumlah orang miskin di Indonesia terus bertambah. Ada kejadian tragis di kampung kami di mana seorang ibu yang menderita penyakit kelebihan darah putih akhirnya menghembuskan nafas terakhir sebelum sempat dibawa ke rumah sakit karena tidak punya dana untuk berobat. Dan suaminya adalah seorang perokok.

Dari sisi agama perokok akan mewariskan generasi yang mubazir, kufur dan penuh maksiat.Karena orang yang perokok adalah orang yang mengikuti langkah-langkah syaitan sedangkan syaitan adalah golongan yang kufur (ingkar) kepda Alloh dan senang melakukan dosa (maksiat).

Firman Allah di dalam Al-Qur’an Surat 2 (Al-Baqoroh) ayat : 168

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

ZAKAT

Saat ini jumlah umat Islam di Indonesia yang menjadi muzzaki(yang membayar zakat) tidak sampai 10 juta orang dan itu pun bisa naik juga bisa turun. Kampanye agar umat Islam berzakat tak pernah terdengar gencar kalau pun ada itu hanya dilakukan oleh badan amil zakat milik kelompok masyarakat bukan dari pemerintah(Baznas).Zakat yang dapat dihimpun oleh para Badan Amil Zakat ini pun baru mencapai Rp.1,5 Trilliyun /tahun.Berdasarkan sampel sembilan lembaga pengelola zakat besar periode 2004-2008 pertumbuhan rata-rata pertahun penghimpunan dana zakat sekitar 52 %.

Walaupun Nilai zakat sendiri Cuma 2,5% namun nilai yang sedikit itu akan membawa keberkahan, ketenangan dan kesucian atas harta dan jiwa.

Nah sekarang bandingkan dengan pengeluaran yang kita keluarkan untuk kesenangan pribadi dan keluarga yang sifatnya hanya kesenangan duniawi? Makan di restoran, nonton bioskop, jalan-jalan ke luar negeri. Belanja ke mall berapa jbanyak uang yang dihabiskan setiap bulan?

Itu dari sisi orang kaya , kalau dari sisi pegawai ataupun pekerja sektor informal seperti buruh pabrik. tukang ojek, buruh tani, pedagang asongan dll kemana hasil pendapatan mereka dihabiskan? Hampir 30% untuk membeli rokok. Kalau seandainya uang untuk membeli rokok bisa mereka tabung dan zakatkan selama 10 tahun saja, tentu nasib mereka akan berubah lebih baik.

Ilustrasi sebagai berikut :

* 1 bulan uang buat beli rokok Rp.300.000,-
* Ditabung Rp.275.000. Diniatkan untuk zakat,infak,sedekah Rp.25.000,-
* Dalam 1 tahun tabungan mencapai = Rp.275.000,- x 12 = Rp.3,300.000,-
* Kalau dalam 10 tahun bisa mencapai 33.000.000,-(Itu baru pokoknya saja belunm ditambah bunga/bagi hasil dari bank).


SPIRITUAL BISNIS : Investasi Sekaligus Beramal
Kalau Anda menyimpan uang Anda di Bank tentu bagi hasilnya mungkin cuma 12% setahun atau bahkan kurang .Bagaimana kalau Anda coba investasikan di Spiritualbisnis.com ? Hasilnya bisa menjadi 3.000 x lipat.

Caranya Anda cukup beli produk vcd Muhasabah Kehidupan produksi IQ Media Production,melalui website :Spiritual.com seecara belanja online.seharga Rp.75.000,-(Sudah termasuk ongkos kirim ke seluruh Indonesia).Cuplikan vcdnya bisa di lihat di : http://www.youtube.com/watch?v=TdY10B8z5QQ ) seharga Rp.75.000,-(Sudah termasuk ongkos kirim ke seluruh Indonesia ).

Kalau Anda belanja sendiri, maka Anda hanya mendapatkan produk.Tapi kan Anda tidak hidup sendiri di dunia ini? Anda punya berapa orang kawan ? Di Facebook saja bisa mencapai 5000 orang. Katakanlah Anda hanya punya 10 orang teman dan Anda bisa mengajak 10 orang tersebut untuk berinvestasi di spiritual-bisnis.com seperti Anda.Caranya cukup mengundang mereka untuk masuk ke website replika Anda http://spiritual-bisnis.com/?reg=user ID Anda, Dan jika mereka membeli produk VCD Muhasabah Kehidupan tersebut, maka Anda akan mendapatkan bonus sebesar Rp.50.000,-.

Kemudian jika mereka bisa mengajak lagi teman-teman mereka masing-masing 10 orang, maka jumlah teman Anda akan terus bertambah. Lama-lama (sekitar 4-5 bulan) jumlahnya akan menjadi 100.000 orang teman. Dan bonus yang Anda dapatkan bisa mencapai Rp.222.250.000,-

Ini bukan hal yang mustahil. Uang tabungan Anda yang setahun tetap Rp,3,300.000,- tapi ada tambahan dari investasi di spiritual-bisnis.com sebesar Rp.222.250.000,- Wah hanya dengan uang zakat, infaq, sedekah yang Rp.25.000,- sebulan, uang Anda bertambah 3000 kali lipat.


Maka berhentilah merokok dan alihkan untuk Zakat, Infaq, Sedekah !

KISAH NYATA : Jawaban Sederhana Penuh Makna
Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik–rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,…terdengar suara tek…tekk.. .tek…suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat…, ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak – anak, siapa yang mau bakso ?

“Mauuuuuuuuu. …”, secara serempak dan kompak anak – anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. …Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

“Mang kalo boleh tahu, kenapa uang – uang itu Emang pisahkan ? Barangkali ada tujuan ?” “Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun.
Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita– cita penyempurnaan iman “.

“Maksudnya.. ..?”, saya melanjutkan bertanya.

“Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi
dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari – hari Emang dan keluarga.

2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.

3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat…… …..sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : “Iya memang bagus…,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya….”.

Ia menjawab, ” Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi “mampu” adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, “mampu”, maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita”.

“Masya Allah…, sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso”.

diambil dari sumber : http://spiritual-bisnis.com/tausyiah/rokok-zakat-spiritual-bisnis-dan-kisah-nyata.html

0 komentar:

Posting Komentar