Di Indonesia peminat kebiasaan merokok saat ini mencapai kurang
lebih hingga 60 juta orang (36% dari jumlah penduduk yang ada).
Sementara 43 juta anak dan remaja siap-siap menjadi perokok pemula,
apalagi dengan gaya hidup yang ada sekarang ini dimana anak-anak
dibiasakan makan makanan “junk food” atau restoran siap saji dari Barat maka pertumbuhan hormon mereka lebih cepat sehingga di usia SD sudah mencapai akil baligh. Ini membuat mereka mulai coba-coba mengisap rokok.
Tahukah Anda berapa banyak biaya promosi yang di keluarkan oleh
perusahaan-perusahaan rokok agar orang mau merokok atau menjadikan
kebiasaan merokok menjadi gaya hidup masyarakat? Mencapai Rp.5 Trilliyun
pertahun, Angka yang luar biasa. Biaya ini tidak hanya untuk iklan
di TV, Koran, radio, makalah, billboard dan internet tapi juga
menjadi sponsor-sponsor acara seperti olahraga, music dan event
lainnya. Aneh yak ok olah raga yang tujuannya membuat orang sehat
tapi sponsor utamanya malah perusahaan rokok yang membuat orang tidak
sehat? Habis uang mereka banyak sih, Dari mana mereka dapat uang
banyak? Ya dari para pembeli rokok .
Kalau saja seorang perokok menghabiskan Rp.10.000 /hari untuk
merokok, maka dalam setahun (365 hari) uang yang mereka habiskan
untuk membeli rokok mencapai Rp. 3.650.000,-. Kalau ada 60 juta
perokok maka uang yang dibelanjakan oleh mereka untuk membeli rokok
mencapai
Rp.219.000.000.000.000,-(Rp.220 Trilliyun).
Ironisnya dari 60 juta perokok itu 90%nya adalah rakyat miskin,
sehingga sebuah harian nasional pernah menulis , pengusaha rokok
menjadi kaya dari penderitaan orang miskin. Pengusaha rokok harta
kekayaannya rmencapai trililyunan rupiah sementara jumlah orang
miskin di Indonesia terus bertambah. Ada kejadian tragis di kampung
kami di mana seorang ibu yang menderita penyakit kelebihan darah
putih akhirnya menghembuskan nafas terakhir sebelum sempat dibawa ke
rumah sakit karena tidak punya dana untuk berobat. Dan suaminya
adalah seorang perokok.
Dari sisi agama perokok akan mewariskan generasi yang mubazir,
kufur dan penuh maksiat.Karena orang yang perokok adalah orang yang
mengikuti langkah-langkah syaitan sedangkan syaitan adalah golongan
yang kufur (ingkar) kepda Alloh dan senang melakukan dosa (maksiat).
Firman Allah di dalam Al-Qur’an Surat 2 (Al-Baqoroh) ayat : 168
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu.”
ZAKAT
Saat ini jumlah umat Islam di Indonesia yang menjadi muzzaki(yang membayar zakat)
tidak sampai 10 juta orang dan itu pun bisa naik juga bisa turun.
Kampanye agar umat Islam berzakat tak pernah terdengar gencar kalau pun
ada itu hanya dilakukan oleh badan amil zakat milik kelompok
masyarakat bukan dari pemerintah(Baznas).Zakat yang dapat dihimpun
oleh para Badan Amil Zakat ini pun baru mencapai Rp.1,5 Trilliyun
/tahun.Berdasarkan sampel sembilan lembaga pengelola zakat besar
periode 2004-2008 pertumbuhan rata-rata pertahun penghimpunan dana
zakat sekitar 52 %.
Walaupun Nilai zakat sendiri Cuma 2,5% namun nilai yang sedikit itu
akan membawa keberkahan, ketenangan dan kesucian atas harta dan
jiwa.
Nah sekarang bandingkan dengan pengeluaran yang kita keluarkan
untuk kesenangan pribadi dan keluarga yang sifatnya hanya kesenangan
duniawi? Makan di restoran, nonton bioskop, jalan-jalan ke luar
negeri. Belanja ke mall berapa jbanyak uang yang dihabiskan setiap
bulan?
Itu dari sisi orang kaya , kalau dari sisi pegawai ataupun pekerja
sektor informal seperti buruh pabrik. tukang ojek, buruh tani,
pedagang asongan dll kemana hasil pendapatan mereka dihabiskan?
Hampir 30% untuk membeli rokok. Kalau seandainya uang untuk membeli
rokok bisa mereka tabung dan zakatkan selama 10 tahun saja, tentu
nasib mereka akan berubah lebih baik.
Ilustrasi sebagai berikut :
* 1 bulan uang buat beli rokok Rp.300.000,-
* Ditabung Rp.275.000. Diniatkan untuk zakat,infak,sedekah Rp.25.000,-
* Dalam 1 tahun tabungan mencapai = Rp.275.000,- x 12 = Rp.3,300.000,-
* Kalau dalam 10 tahun bisa mencapai 33.000.000,-(Itu baru pokoknya saja belunm ditambah bunga/bagi hasil dari bank).
SPIRITUAL BISNIS : Investasi Sekaligus Beramal
Kalau Anda menyimpan uang Anda di Bank tentu bagi hasilnya mungkin
cuma 12% setahun atau bahkan kurang .Bagaimana kalau Anda coba
investasikan di Spiritualbisnis.com ? Hasilnya bisa menjadi 3.000 x
lipat.
Caranya Anda cukup beli produk vcd Muhasabah Kehidupan produksi IQ Media Production,melalui
website :Spiritual.com seecara belanja online.seharga
Rp.75.000,-(Sudah termasuk ongkos kirim ke seluruh Indonesia).Cuplikan
vcdnya bisa di lihat di : http://www.youtube.com/watch?v=TdY10B8z5QQ ) seharga Rp.75.000,-(Sudah termasuk ongkos kirim ke seluruh Indonesia ).
Kalau Anda belanja sendiri, maka Anda hanya mendapatkan produk.Tapi
kan Anda tidak hidup sendiri di dunia ini? Anda punya berapa orang
kawan ? Di Facebook saja bisa mencapai 5000 orang. Katakanlah Anda
hanya punya 10 orang teman dan Anda bisa mengajak 10 orang tersebut
untuk berinvestasi di spiritual-bisnis.com seperti Anda.Caranya cukup
mengundang mereka untuk masuk ke website replika Anda http://spiritual-bisnis.com/?reg=user
ID Anda, Dan jika mereka membeli produk VCD Muhasabah Kehidupan
tersebut, maka Anda akan mendapatkan bonus sebesar Rp.50.000,-.
Kemudian jika mereka bisa mengajak lagi teman-teman mereka
masing-masing 10 orang, maka jumlah teman Anda akan terus bertambah.
Lama-lama (sekitar 4-5 bulan) jumlahnya akan menjadi 100.000 orang
teman. Dan bonus yang Anda dapatkan bisa mencapai Rp.222.250.000,-
Ini bukan hal yang mustahil. Uang tabungan Anda yang setahun tetap
Rp,3,300.000,- tapi ada tambahan dari investasi di
spiritual-bisnis.com sebesar Rp.222.250.000,- Wah hanya dengan uang
zakat, infaq, sedekah yang Rp.25.000,- sebulan, uang Anda bertambah
3000 kali lipat.
Maka berhentilah merokok dan alihkan untuk Zakat, Infaq, Sedekah !
KISAH NYATA : Jawaban Sederhana Penuh Makna
Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus
tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang
sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik–rintik
selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.
Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,…terdengar suara
tek…tekk.. .tek…suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka
keringat…, ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok
bakso setelah menanyakan anak – anak, siapa yang mau bakso ?
“Mauuuuuuuuu. …”, secara serempak dan kompak anak – anak asuhku menjawab.
Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. …Ada satu hal yang
menggelitik fikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang
bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci,
yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam
kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.
“Mang kalo boleh tahu, kenapa uang – uang itu Emang pisahkan ?
Barangkali ada tujuan ?” “Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini
selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun.
Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang
menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah,
dan mana yang menjadi hak cita– cita penyempurnaan iman “.
“Maksudnya.. ..?”, saya melanjutkan bertanya.
“Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi
dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :
1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari – hari Emang dan keluarga.
2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk
melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi
tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun
kambingnya yang ukuran sedang saja.
3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan
agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya
yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu
butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri
menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini,
Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji.
Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang
dan istri akan melaksanakan ibadah haji.
Hatiku sangat…… …..sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh
sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang
memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut,
belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti
itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada
rejeki.
Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : “Iya
memang bagus…,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang
mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya….”.
Ia menjawab, ” Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara
soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak
RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.
Definisi “mampu” adalah sebuah definisi dimana kita diberi
kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan
diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita
akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan
diri sendiri, “mampu”, maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan
kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita”.
“Masya Allah…, sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso”.
diambil dari sumber : http://spiritual-bisnis.com/tausyiah/rokok-zakat-spiritual-bisnis-dan-kisah-nyata.html
0 komentar:
Posting Komentar